Nama :
Isye Yuliawati Hermansyah
NPM :
15514536
Kelas :
1PA15
JUDUL : Semua Karena Cinta
Akhirnya Alexandra Simpsons akan
memasuki kehidupan perkuliahan setelah membuang-buang waktu selama satu tahun
karena sebuah kesalahan. Berawal dari orientasi kampus atau sering disebut juga
dengan OSPEK semua mahasiswa dikumpulkan disebuah aula kampus dengan
menggunakan kemeja putih dan rok hitam.Alexa mendapatkan sebuah pengalaman baru
yaitu berkenalan dengan teman-teman yang ramah tanpa perasaan canggung dan malu
karena biasanya ia sulit beradaptasi dalam lingkungan baru. Selagi menunggu
temannya, Alexa duduk di aula dan menyalakan laptopnya. Namun matanya melihat seseorang
yang selama ini ia kenal, seseorang yang pernah mengisi hati Alexa, seseorang
yang memiliki banyak kenangan indah, tetapi dalam sekejap mata ia menyakiti, memilih
wanita lain, meninggalkan sebuah goresan yang mendalam, meskipun begitu entah
mengapa Alexa selalu mengaharapkanya. Lelaki tersebut adalah Jordan Damianto,
mahasiswa semester 6 dikampus yang sama. Alexa ingin menyapanya, namun tidak
lama kemudian ada seorang wanita yang menghampirinya dan menggenggam erat
tangannya. Perasaan sakit itu muncul kembali, rasa perih, hancur, dan rasa yang
mengingatkan jika ia pernah ada di posisi wanita tersebut.
Tak lama kemudian ia tersadar dari lamunannya
karena dikagetkan oleh suara salah satu seseorang teman SMA yang sedang di tunggu
ia bernama Brandon Hutama.
“Hay, Lex hari pertama masuk
kampus udah ngelamun aja.”
Alexa mendongkak dari laptop-nya dan tersenyum kecil. Brandon
berada dihadapannya, dengan tas dan laptop yang dipegang dilengannya..
“Hay.. hmm iya tadi kebetulan aku
liat Jordan sama pacarnya.”
“Oh ya ? masih aja sih hehe.
Makan yuk laper nih.” Brandon langsung mengalihkan pembicaraan.
Alexa tidak pernah tau kenapa
Brandon masih tetap saja datang menemuinya, menemaninya,selalu ada untuk Alexa
bahkan ia memilih Universitas dan Fakultas yang sama dengan Alexa. Jika ia
berkunjung kerumah, Alexa lebih banyak
mengurung diri di kamar dan tak mau turun ketika Brandon datang. Tapi
belakangan ini Alexa sadar bahwa ia sudah bersikap sangat buruk terhadap lelaki
itu. Brandon sudah terlalu baik padanya, lalu kenapa ia tidak mau bersikap baik
terhadap lelaki itu ? Itulah kenapa
Alexa mulai mau menerima ajakan Brandon untuk jalan-jalan walaupun sekedar
makan. Brandon tidak pernah memaksa, ajakannya selalu dalam bentuk tawaran.
Sampai saat ini Alexa masih
memikirkan Jordan, secara tidak sengaja Alexa bertemu kembali dengan Jordan di
dalam lift. Namun Jordan bersikap seperti orang tidak kenal. Akhirnya Alexa
mengambil sebuah keputusan untuk kebaikannya sendiri dan supaya ia tak lagi
menabur lukanya dengan garam, Alexa pun meng-unfollow Twitter dan BBM Jordan.
Sewaktu melakukanya, Alexa merasa sangat berat. Tetapi entah kenapa, setelah
itu ia seolah merasakan sebuah beban yang sangat berat berhasil diangkat dari
pundaknya. Belenggu yang memasungnya sudah dipatahkan. Tali yang mengikatnya
telah diputuskan. Ia merasa bebas, lepas dan rasa sakit yang selalu menikamnya
setiap kali ia memikirkan Jordan berkurang sangat banyak.
Seperti biasa rutinitas Alexa
setiap sore adalah duduk di taman belakang, kebetulan Brandon sedang main dirumahnya.
“Gimana hari ini ? Apa saja yang
sudah kamu lakukan ?”
“Alhamdulillah baik, seharian ini
aku belajar untuk UTS”
“Yaudah semangat ya Alexa, semoga
hasilnya memuaskan”
“Iya makasih Brand, kamu juga
belajar dong.”
“Siap bos!.”
Obrolan mereka terputus ketika
Papa datang dan menghampiri kami di teras belakang, masih dengan pakaian
kerjanya, sepertinya ia baru sampai dirumah.
“Alexa.” Panggil papanya, ia
sedikit kaget ketika menyadari ada Brandon di sana, tapi dengan cepat mampu
pulih dengan kekagetannya.
“Ya, Pa?” tanya Alexa Heran.
“Papa dapet kabar, katanya Jordan
mau tunangan ya ? dan setelah lulus dia sekeluarga mau pindah ke Singapura.”
Terjadi sudah. Hari ini akhirnya
datang juga, hari ketika Jordan benar-benar pergi. Hari dimana Alexa tahu, tak
ada lagi hal yang akan menghubungkannya dengan pemuda itu. Tapi anehnya dia tak
menangis. Tak setetes air matanya tumpah sejak ia mendengar kabar itu dari
papanya.
Brandon menatapnya dengan
khawatir tepat setelah papa Alexa memberikan kabar tersebut. Tampaknya pemuda
itu menduga air mata Alexa akan tumpah, dan ia sudah menyiapkan diri, namun
dugaan Brandon ternyata salah.
“Lex?” panggil Brandon lembut.
“Kamu...”
Dan saat itulah Alexa tahu, Brandon
sudah mengerti semuanya entah sejak kapan. Dan mungkin itulah alasan mengapa ia
bertahan, selalu berusaha ada disamping Alexa, karena ia tahu Alexa sangat
rapuh, Alexa sewaktu-waktu bisa hancur, dan dia ingin ada untuk menopang, untuk
menjaga dan melindungi Alexa. Hal tersebutlah yang membuat Alexa ingin menangis
karena Brandon begitu baik, terlalu baik, dan selama ini Alexa tidak pernah
menyadarinya.
“Lex,” panggil Brandon.
“bagaimana sesungguhnya perasaanmu ? apakah kamu baik-baik saja ?”
“Ya aku baik-baik saja.” Alexa
terseyum. “Kamu mengetahui semuanya kan ?”
Brandon terlihat ragu sejenak,
tetapi ia langsung mengangguk.
“itulah sebabnya kamu selalu
menemaniku.”
“Bukan.” Brandon mengeleng, membuat
Alexa terkejut “Jauh sebelum aku tahu apa penyebabnya, meski aku penasaran
setengah mati, aku sudah bertekad akan tetap ada disisimu.”
“Kenapa?” tanya Alexa tak
mengerti.
“Ketika SMA, aku meninggalkan
seorang wanita yang pernah aku cintai, hanya karena perasaan malu sehingga aku
pun tidak pernah mengungkapkannya. Aku tidak mau hal tersebut terulang kembali.
Aku ingin selalu ada ketika ia membutuhkanku, aku ingin selalu ada untuk dia
dan selalu ada di dekatnya. Terutama ketika ia mengalami masa yang sulit,
seperti beberapa bulan yang lalu.”
Alexa terkejut, dan ia bisa
merasakan air mata mengalir ke pipinya. Bukan air mata kesedihan melainkan air
mata kebahagiaan dan penuh rasa syukur. Dan kali ini Alexa menyadari, mamanya
pernah mengatakan ada lebih bahagia jika kita dicintai, dari pada mencintai.
Lebih bahagia jika ia memastikan ada seseorang yang selalu menjaga perasaan
kita agar tidak tersakiti.
Alexa benar-benar kehilangan
kata-kata, apalagi ketika ia merasakan tangan Brandon meraih tanggannya, dan
menggenggamnya erat. Bukan karena hasrat, bukan dengan keinginan untuk
memuaskan dirinya sendiri, tapi dengan ketulusan dan cinta yang sangat besar
dan perlindungan yang ia berikan.Semenjak itulah ia sadar alasan Brandon selalu
didekatnya dikarenakan perasaan CINTA.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar