Nama
: Isye Yuliawati Hermansyah
NPM :
15514536
Kelas :
1PA15
Mata
Kuliah : Ilmu Budaya Dasar
Pertemuan ke-3
3.1
Pendekatan Kesusastraan
IBD, yang semula dinamakan Basic Humanities, berasal dari bahasa Inggris the humanities. Istilah ini berasal dari bahasa latin Humanus, yang berarti manusiawi, berbudaya, dan halus. Dengan mempelajari the humanities orang akan menjadi lebih manusiawi, lebih berbudaya dan lebih halus. Jadi the humanities berkaitan dengan masalah nilai, yaitu nilai kita sebagai homo humanus.
Untuk menjadi homo humanus, manusia harus mempelajari ilmu, yaitu the humanities, disamping tanggung jawabnya yang lain. Apa yang dimasukkan kedalam the humanities masih dapat diperdebatkan, dan kadang-kadang disesuaikan dengan keadaan dan waktu. Pada umunmya the humanities mencakup filsafat, teologi, seni dan cabang-cabangnya tennasuk sastra, sejarah, cerita rakyat, clan. sebaginya. Pada pokoknya semua mempelajari masalah manusia dan budaya. Karena itu ada yang menterjemahkan the humanities menjadi ilmu-ilmu kemanusiaan, ada juga yang menterjemahkan menjadi pengetahuan budaya.
Karena seni adalah ekspresi yang sifatnya tidak normatif, seni lebih mudah berkomunikasi. Karena tidak normatif, nilai-nilai yang disampaikannya lebih fleksibel, baik isinya maupun cara penyampaiannya.
Hampir disetiap jaman, sastra mempunyai peranan yang lebih penting. Alasan pertama, karena sastra mempergunakan bahasa. Sementara itu, bahasa mempunyai kemampuan untuk menampung hampir semua pemyataan kegiatan manusia. Dalam usahanya untuk memahami dirinya sendiri, yang kemudian melahirkan filsafat, manusia mempergunakan bahasa. Dalam usahanya untuk memahami alam semesta, yang kemudian melahirkan ilmu pengetahuan, manusia mempergunakan bahasa. Dalam usahanya untuk mengatur hubungan antara sesamanya yang kemudian melahirkan ilmu-ilmu sosial, manusia mempergunakan bahasa. Dengan demikian, manusia dan bahasa pada haketnya adalah satu. Kenyataan inilah mempermudah sastra untuk berkomunikasi.
IBD adalah salah satu mata kuliah yang diberikan dalam satu semester, sebagai bagian dart MKDU. IBD tidak dimaksudkan untuk mendidik ahti-ahli dalam salah satu bidang keahlian yang tennasuk didalam pengetahuan budaya ( The Humanities ), Akan tetapi IBD semata-mata sebagai salah satu usaha mengembangkan kepribadian mahasiswa dengan cara memperluas wawasan pemikiran serta kemampuan kritikalnya terhadap nilai-nilai budaya. Pada waktu menggunakan karya sastra, misalnya. Mahasiswa tidak perlu mengetahui sejarah sastra, teori sastra, kritik sastra, dan sebaginya. Memang seperti cabang-cabang the humanities lainnya, dalam Ilmu Budaya Dasar sastra tidak diajatkan sebagai salah satu disiplin ilmu. Sastra disini digunakan sebagai alat untuk membahas masalah-masalah kemanusiaan yang dapat membantu mahasiswa untuk menjadi lebih humanus. Demikian juga filsafat, musik, seni rupa, dan sebagainya.
Sastra juga lebih mudah berkomunikasi, karena pada hakekatnya karya sastra adalah penjabaran abstraksi. Sementara itu filsafat, yang juga mempergunakan bahasa, adalah abstraksi. Cinta kasih, kebahagian, kebebasan, dan lainnya yang digarap oleh filsafat adalah abstrak. Sifat abstrak inilah yang menyebabkan filsafat kurang berkomunikasi.
Karena seni memegang peranan penting, maka seniman sebagai pencipta karya seni juga penting, meskipun yang lebih penting adalah karyanya. Seniman adalah media penyampai nilai-nilai kemanusiaan. Kepekaannya menyebabkan dia mampu menangkap hal yang lepas dart pengamatan orang lain.
Orientasi the Humanities adalah ilmu : dengan mempelajari satu atau sebagian dart disiplin ilmu yang tercakup dalam the humanities, mahasiswa diharapkan dapat menjadi homo humanus yang lebih baik.
3.2.
Ilmu Budaya
Dasar yang Dihubungkan dengan Prosa
Prosa adalah suatu jenis tulisan yang dibedakan dengan puisi karena variasi ritme (rhythm) yang dimilikinya lebih besar, serta bahasanya yang lebih sesuai dengan arti leksikalnya. Kata prosa berasal dari bahasa Latin "prosa" yang artinya "terus terang". Jenis tulisan prosa biasanya digunakan untuk mendeskripsikan suatu fakta atau ide. Karenanya, prosa dapat digunakan untuk surat kabar, majalah, novel, ensiklopedia, surat, serta berbagai jenis media lainnya.
Prosa juga dibagi dalam dua bagian,yaitu prosa lama dan prosa baru. Prosa lama adalah prosa bahasa indonesia yang belum terpengaruhi budaya barat,dan prosa baru ialah prosa yang dikarang bebas tanpa aturan apa pun. Adapun unsur-unsur instrik dalam prosa:
1. Tema adalah tentang apa prosa tersebut berbicara
2. Amanat atau pesan yaitu nasehat yang hendak disampaikan kepada pembaca
3. Plot atau alur adalah rangkaian peristiwa yang membentuk cerita
4. Perwatakan atau karakteristik atau penokohan adalah cara-cara pengarang menggambarkan watak pelaku
5. Sudut pandang adalah cara pengarang menempatkan diri
6. Sudut pandang orang pertama adalah pengarang sebagai pelaku
7. Sudut pandang orang ketiga adalah pengarang tidak menjadi pelaku
8. Latar atau seting adalah gambaran atau keterangan mengenai tempat, waktu, situasi atau suasana berlangsungnya peristiwa
9. Gaya bahasa adalah corak pemakaian bahasa
Jenis
– Jenis Prosa
Prosa
biasanya dibagi menjadi empat jenis:
- Prosa naratif
- Prosa deskriptif
- Prosa eksposisi
- Prosa argumentatif
Prosa terbagi menjadi Prosa lama dan prosa baru.
Jenis- jenis Prosa lama;
1. Dongeng
Dongeng merupakan cerita yang banyak diwarnai peristiwa yang tidak masuk akal atau tidak mungkin terjadi.
- Fabel, adalah cerita lama yang menokohkan binatang sebagai lambang pengajaran moral (biasa pula disebut sebagai cerita binatang). Contoh: Kancil dengan Buaya, Kancil dengan Harimau, Hikayat Pelanduk Jenaka, Kancil dengan Lembu, Burung Gagak dan Serigala, Burung bangau dengan Ketam, Siput dan Burung Centawi, dan lain-lain.
- Mite (mitos), adalah cerita-cerita yang berhubungan dengan kepercayaan terhadap sesuatu benda atau hal yang dipercayai mempunyai kekuatan gaib. Contoh: Nyai Roro Kidul, Ki Ageng Selo, Dongeng tentang Gerhana, Dongeng tentang Terjadinya Padi, Harimau Jadi-Jadian, Puntianak, Kelambai, dan lain-lain.
- Legenda, adalah cerita lama yang mengisahkan tentang riwayat terjadinya suatu tempat atau wilayah. Contoh: Legenda Banyuwangi, Tangkuban Perahu, dan lain-lain.
- Sage, adalah cerita lama yang berhubungan dengan sejarah, yang menceritakan keberanian, kepahlawanan, kesaktian dan keajaiban seseorang. Contoh: Calon Arang, Ciung Wanara, Airlangga, Panji, Smaradahana, dan lain-lain.
- Parabel, adalah cerita rekaan yang menggambarkan sikap moral atau keagamaan dengan menggunakan ibarat atau perbandingan. Contoh: Kisah Para Nabi, Hikayat Bayan Budiman, Bhagawagita, dan lain-lain.
- Dongeng jenaka, adalah cerita tentang tingkah laku orang bodoh, malas atau cerdik dan masing-masing dilukiskan secara humor. Contoh: Pak Pandir, Lebai Malang, Pak Belalang, Abu Nawas, dan lain-lain.
Hikayat adalah cerita karya sastra lama yang berbentuk riwayat yang mengisahkan hal-hal di luar kenyataan yang berkembang di lingkungan istana
Ciri-ciri Hikayat yaitu :
1. Bersifat istana centris
2. Anonim(nama pengarang tidak di cantumkan)
3. Berkembang secara stetis
4. Bersifat imajinatif,hanya bersifat khayal
5. Lisan,karena di sebarkan lewat mulut ke mulut
6. Berbahasa klise,meniru bahasa penutur sebelumnya
7. Bersifat logis, menggunakan logika sendiri tidak sesuai dengan logika sendiri
3.Sejarah
Sejarah
(tambo), adalah salah satu bentuk prosa lama yang isi ceritanya
diambil dari suatu peristiwa sejarah. Cerita yang diungkapkan dalam
sejarah bisa dibuktikan dengan fakta. Selain berisikan peristiwa
sejarah, juga berisikan silsilah raja-raja. Sejarah yang berisikan
silsilah raja ini ditulis oleh para sastrawan masyarakat lama.
Contoh: Sejarah Melayu karya datuk Bendahara Paduka Raja alias Tun
Sri Lanang yang ditulis tahun 1612.
4.
Kisah
Kisah,
adalah cerita tentang cerita perjalanan atau pelayaran seseorang dari
suatu tempat ke tempat lain. Contoh: Kisah Perjalanan Abdullah ke
Negeri Kelantan, Kisah Abdullah ke Jedah.
5. Cerita
berbingkai
Memang puisi merupakan suatu seni sastra dan tidak ada hubungannya dengan IBD tapi seni sastra juga merupakan bagian dari kesenian dan kesenian merupakan salah satu unsur kebudayaan
Puisi adalah ekspresi pengalaman jiwa penyair mengenai kehidupan manusia, alam, tuhan melalui media bahasa yang artistik/estetik, yang secara padu dan utuh di padatkan kata-katanya. Dalam kata lain puisi merupakan ungkapan jiwa dari penulisnya puisi dapat menggambarkan apa saja yang ingin disampaikan oleh penulis.
Kepuitisan, keartistikan atau keestetikan bahasa puisi disebabkan oleh kreativitas penyair dalam membangun puisinya dengan menggunakan:
Figura bahasa, seperti gaya personifikasi, metafora, perbandingan, alegori, dsb.
Kata-kata yang ambiquitas, yaitu kata-kata yang bermakna ganda, banyak tafsir.
Kata-kata yang berjiwa, yaitu kata-kata yang sudah di beri suasana tertentu, berisi perasaan dan pengalaman jiwa penyair sehingga terasa hidup dan memukau.
Kata-kata yang konotatif, yaitu kata-kata yang sudah di beri tambahan nilai-nilai rasa dan asosiasi-asosiasi tertentu.
Pengulangan, yang berfungsi untuk mengintensifkan hal-hal yang di lukiskan, sehingga lebih menggugah hati.
Beberapa alasan mengapa puisi dikaitkan dengan Ilmu Budaya Dasar:
1. Karena puisi merupakan bagian dari kesenian dan kesenian merupakan unsur kebudayaaN
2. Puisi mencerminkan budaya si penulis
3. Puisi memiliki berbagai gaya bahasa dan bahasa adalah salah satu unsur kebudayaan
Sumber:
http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/ilmu_budaya_dasar/bab3-konsepsi_ilmu_budaya_dasar_dalam_kesustraan.pdf http://mahardikayf.wordpress.com/2013/03/19/nilai-nilai-dalam-prosa-fiksi/ http://id.wikipedia.org/wiki/Prosa
Cerita
berbingkai, adalah cerita yang didalamnya terdapat cerita lagi yang
dituturkan oleh pelaku-pelakunya. Contoh: Seribu Satu Malam.
Bentuk-bentuk prosa baru
Prosa
baru adalah karangan prosa yang timbul setelah mendapat pengaruh
sastra atau budaya Barat. Bentuk-bentuk prosa baru adalah sebagai
berikut:
1. Roman
Roman
adalah bentuk prosa baru yang mengisahkan kehidupan pelaku utamanya
dengan segala suka dukanya. Dalam roman, pelaku utamanya sering
diceritakan mulai dari masa kanak-kanak sampai dewasa atau bahkan
sampai meninggal dunia. Roman mengungkap adat atau aspek kehidupan
suatu masyarakat secara mendetail dan menyeluruh, alur
bercabang-cabang, banyak digresi (pelanturan). Roman terbentuk dari
pengembangan atas seluruh segi kehidupan pelaku dalam cerita
tersebut.
Berdasarkan
kandungan isinya, roman dibedakan atas beberapa macam, antara lain
sebagai berikut:
- Roman transendensi, yang di dalamnya terselip maksud tertentu, atau yang mengandung pandangan hidup yang dapat dipetik oleh pembaca untuk kebaikan. Contoh: Layar Terkembang oleh Sutan Takdir Alisyahbana, Salah Asuhan oleh Abdul Muis, Darah Muda oleh Adinegoro.
- Roman sosial adalah roman yang memberikan gambaran tentang keadaan masyarakat. Biasanya yang dilukiskan mengenai keburukan-keburukan masyarakat yang bersangkutan. Contoh: Sengsara Membawa Nikmat oleh Tulis St. Sati, Neraka Dunia oleh Adinegoro.
- Roman sejarah yaitu roman yang isinya dijalin berdasarkan fakta historis, peristiwa-peristiwa sejarah, atau kehidupan seorang tokoh dalam sejarah. Contoh: Hulubalang Raja oleh Nur St. Iskandar, Tambera oleh Utuy Tatang Sontani, Surapati oleh Abdul Muis.
- Roman psikologis yaitu roman yang lebih menekankan gambaran kejiwaan yang mendasari segala tindak dan perilaku tokoh utamanya. Contoh: Atheis oleh Achdiat Kartamiharja, Katak Hendak Menjadi Lembu oleh Nur St. Iskandar, Belenggu oleh Armijn Pane.
- Roman detektif merupakan roman yang isinya berkaitan dengan kriminalitas. Dalam roman ini yang sering menjadi pelaku utamanya seorang agen polisi yang tugasnya membongkar berbagai kasus kejahatan. Contoh: Mencari Pencuri Anak Perawan oleh Suman HS, Percobaan Seria oleh Suman HS, Kasih Tak Terlerai oleh Suman HS.
2. Novel
Novel
berasal dari Italia. yaitu novella ‘berita’. Novel adalah bentuk
prosa baru yang melukiskan sebagian kehidupan pelaku utamanya yang
terpenting, paling menarik, dan yang mengandung konflik. Konflik atau
pergulatan jiwa tersebut mengakibatkan perubahan nasib pelaku. lika
roman condong pada idealisme, novel pada realisme. Biasanya novel
lebih pendek daripada roman dan lebih panjang dari cerpen. Contoh:
Ave Maria oleh Idrus, Keluarga Gerilya oleh Pramoedya Ananta Toer,
Perburuan oleh Pramoedya Ananta Toer, Ziarah oleh Iwan Simatupang,
Surabaya oleh Idrus.
3. Cerpen
Cerpen
adalah bentuk prosa baru yang menceritakan sebagian kecil dari
kehidupan pelakunya yang terpenting dan paling menarik. Di dalam
cerpen boleh ada konflik atau pertikaian, akan tetapi hal itu tidak
menyebabkan perubahan nasib pelakunya. Contoh: Radio Masyarakat oleh
Rosihan Anwar, Bola Lampu oleh Asrul Sani, Teman Duduk oleh Moh.
Kosim, Wajah yang Bembah oleh Trisno Sumarjo, Robohnya Surau Kami
oleh A.A. Navis.
4. Riwayat
Riwayat
(biografi), adalah suatu karangan prosa yang berisi
pengalaman-pengalaman hidup pengarang sendiri (otobiografi) atau bisa
juga pengalaman hidup orang lain sejak kecil hingga dewasa atau
bahkan sampai meninggal dunia. Contoh: Soeharto Anak Desa, Prof. Dr.
B.J Habibie, Ki Hajar Dewantara.
5. Kritik
Kritik
adalah karya yang menguraikan pertimbangan baik-buruk suatu hasil
karya dengan memberi alasan-alasan tentang isi dan bentuk dengan
kriteria tertentu yang sifatnya objektif dan menghakimi.
6. Resensi
Resensi
adalah pembicaraan / pertimbangan / ulasan suatu karya (buku, film,
drama, dll.). Isinya bersifat memaparkan agar pembaca mengetahui
karya tersebut dari berbagai aspek seperti tema, alur, perwatakan,
dialog, dll, sering juga disertai dengan penilaian dan saran tentang
perlu tidaknya karya tersebut dibaca atau dinikmati.
7. Esai
Esai
adalah ulasan / kupasan suatu masalah secara sepintas lalu
berdasarkan pandangan pribadi penulisnya. Isinya bisa berupa hikmah
hidup, tanggapan, renungan, ataupun komentar tentang budaya, seni,
fenomena sosial, politik, pementasan drama, film, dll.
3.3 Nilai- Nilai Dalam Prosa Fiksi
Sebagai
seni yang bertulang punggung cerita, mau tidak mau karya sastra (
prosa fiksi ) langsung atau tidak langsung membawakan moral, pesan
atau cerita. Dengan kata lain prosa mempunyai nilai-nilai yang
diperoleh pembawa lewat sastra. Adapun nilai-nilai yang diperoleh
pembaca lewat sastra antara lain :
1.Prosa
fiksi memberikan kesenangan
Dalam
nilai ini pembaca mendapatkan pengalaman sebagaimana mengalaminya
sendiri kejadian yang dikisahkan. Pembaca juga dapat mengembangkan
imajinasinya untuk mengenal tempat-tempat atau tokoh yang
diceritakan.
2.
Prosa fiksi memberikan informasi
Dalam
nilai ini kita mendapatkan informasi yang tidak ada di ensiklopedi,
kita dapat belajar sesuatu yang lebih dari sejarah atau laporan
jurnalistik tentang kehidupan masa kini, kehidupan masa lalu, bahkan
juga kehidupan yang akan datang atau kehidupan yang asing sama
sekali.
3.
Prosa Fiksi memberikan warisan kultural
Dalam
nilai ini prosa fiksi dapat menstimulasi imajinasi, dan merupakan
sarana bagi pemindahan yang tak henti-hentinya dari warisan budaya
bangsa.
4.
Posa fiksi memberikan keseimbangan wawasan
Dalam
nilai ini lewat prosa fiksi seseorang dapat menilai kehidupan
berdasarkan pengalaman-pengalaman dengan banyak individu. Fiksi juga
memungkinkan lebih banyak kesempatan untuk memilih respon-respon
emosional atau rangsangan aksi yang mungkin sangat berbeda daripada
apa yang disajikan dalam kehidupan sehari-hari.
Berkenaan
dengan moral, karya sastra dapat dibagi menjadi 2 yaitu :
- Karya sastra yang menyuarakan aspirasi jamannya
Disini
penulis mengajak pembaca untuk mengikuti apa yang dikehendaki
jamannya.
2.
Karya sastra yang menyuarakan gejolak jamannya
Karya
sastra ini biasanya tidak mengajak pembaca untuk melakukan sesuatu,
akan tetapi untuk merenung.
Contoh
prosa
Si
Pitung
Si
Pitung adalah pemuda asal Betawi yang rajin mengaji dan jago silat.
Pada saat itu, Belanda sedang menjajah Indonesia. Si Pitung merasa
iba dengan penderitaan rakyat kecil. Akhirnya, Pitung merencanakan
perampokan di rumah tuan tanah Belanda bersama temannya. Hasil
rampokan Pitung kemudian dibagikan kepada rakyat miskin.
Kesuksesan
Pitung dan temannya dikarenakan oleh dua hal. Pertama, Pitung
memiliki ilmu silat yang tinggi dan dikabarkan tubuhnya kebal peluru.
Kedua, orang-orang tidak mau memberi tahu keberadaan Pitung. Namun,
orang kaya korban perampokan.
Pitung
membujuk orang-orang untuk membuka mulut. Pada suatu hari, para tuan
tanah mendapat informasi tentang keberadaan keluarga Pitung. Maka
mereka menyandera kedua orangtuanya. Dengan siksaan yang berat
akhirnya mereka mendapat informasi tentang keberadaan Pitung.
Akhirnya
si Pitung di sergap dan dilempari dengan telur-telur busuk dan
ditembak dengan peluru emas. Ia pun tewas seketika tetapi hingga kini
si Pitung tetap dianggap sebagai pembela rakyat kecil.
3.4 Ilmu
Budaya yang Dihubungkan dengan Puisi
Memang puisi merupakan suatu seni sastra dan tidak ada hubungannya dengan IBD tapi seni sastra juga merupakan bagian dari kesenian dan kesenian merupakan salah satu unsur kebudayaan
Puisi adalah ekspresi pengalaman jiwa penyair mengenai kehidupan manusia, alam, tuhan melalui media bahasa yang artistik/estetik, yang secara padu dan utuh di padatkan kata-katanya. Dalam kata lain puisi merupakan ungkapan jiwa dari penulisnya puisi dapat menggambarkan apa saja yang ingin disampaikan oleh penulis.
Kepuitisan, keartistikan atau keestetikan bahasa puisi disebabkan oleh kreativitas penyair dalam membangun puisinya dengan menggunakan:
Figura bahasa, seperti gaya personifikasi, metafora, perbandingan, alegori, dsb.
Kata-kata yang ambiquitas, yaitu kata-kata yang bermakna ganda, banyak tafsir.
Kata-kata yang berjiwa, yaitu kata-kata yang sudah di beri suasana tertentu, berisi perasaan dan pengalaman jiwa penyair sehingga terasa hidup dan memukau.
Kata-kata yang konotatif, yaitu kata-kata yang sudah di beri tambahan nilai-nilai rasa dan asosiasi-asosiasi tertentu.
Pengulangan, yang berfungsi untuk mengintensifkan hal-hal yang di lukiskan, sehingga lebih menggugah hati.
Beberapa alasan mengapa puisi dikaitkan dengan Ilmu Budaya Dasar:
1. Karena puisi merupakan bagian dari kesenian dan kesenian merupakan unsur kebudayaaN
2. Puisi mencerminkan budaya si penulis
3. Puisi memiliki berbagai gaya bahasa dan bahasa adalah salah satu unsur kebudayaan
contoh puisi Chairil Anwar
Aku
Kalau sampai waktuku
‘Ku mau tak seorang ‘kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri
Dan akan akan lebih tidak perduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi
Kalau sampai waktuku
‘Ku mau tak seorang ‘kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri
Dan akan akan lebih tidak perduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi
Sumber:
http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/ilmu_budaya_dasar/bab3-konsepsi_ilmu_budaya_dasar_dalam_kesustraan.pdf http://mahardikayf.wordpress.com/2013/03/19/nilai-nilai-dalam-prosa-fiksi/ http://id.wikipedia.org/wiki/Prosa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar