Pembelajaran Anak Berbakat
Disusun Oleh:
Ablina Pratianingrum (10514081)
Isye Yuliawati
Hermansyah (15514536)
Kartika
Nindya (15514786)
1 PA 15
Pembelajaran Anak Berbakat
1. Ciri-ciri Anak Berbakat
Ciri –
ciri anak berbakat
alam bukunya,
Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah, Prof. Utami Munandar
menuliskan indikator keberbakatan sebagai berikut:
Ciri-ciri Intelektual/Belajar:
Mudah menangkap
pelajaran, ingatan baik, perbendaharaan kata luas, penalaran tajam (berpikir
logis-kritis, memahami hubungan sebab-akibat), daya konsentrasi baik (perhatian
tak mudah teralihkan), menguasai banyak bahan tentang berbagai topik, senang
dan sering membaca, ungkapan diri lancar dan jelas, pengamat yang cermat,
senang mempelajari kamus maupun peta dan ensiklopedi.
Cepat memecahkan soal,
cepat menemukan kekeliruan atau kesalahan, cepat menemukan asas dalam suatu
uraian, mampu membaca pada usia lebih muda, daya abstraksi tinggi, selalu sibuk
menangani berbagai hal.
Ciri-ciri Kreativitas:
Dorongan ingin tahunya besar,
sering mengajukan pertanyaan yang baik, memberikan banyak gagasan dan usul
terhadap suatu masalah, bebas dalam menyatakan pendapat, mempunyai rasa
keindahan, menonjol dalam salah satu bidang seni, mempunyai pendapat sendiri
dan dapat mengungkapkannya serta tak mudah terpengaruh orang lain, rasa humor
tinggi, daya imajinasi kuat, keaslian (orisinalitas) tinggi (tampak dalam
ungkapan gagasan, karangan, dan sebagainya.
Dalam pemecahan masalah
menggunakan cara-cara orisinal yang jarang diperlihatkan anak-anak lain), dapat
bekerja sendiri, senang mencoba hal-hal baru, kemampuan mengembangkan atau
memerinci suatu gagasan (kemampuan elaborasi)
.Ciri-ciriMotivasi:
Tekun menghadapi tugas
(dapat bekerja terus-menerus dalam waktu lama, tak berhenti sebelum selesai),
ulet menghadapi kesulitan (tak lekas putus asa), tak memerlukan dorongan dari
luar untuk berprestasi, ingin mendalami bahan/bidang pengetahuan yang
diberikan, selalu berusaha berprestasi sebaik mungkin (tak cepat puas dengan
prestasinya), menunjukkan minat terhadap macam-macam masalah “orang dewasa”
(misalnya terhadap pembangunan, korupsi, keadilan, dan sebagainya).
Senang dan rajin belajar
serta penuh semangat dan cepat bosan dengan tugas-tugas rutin, dapat
mempertahankan pendapat-pendapatnya (jika sudah yakin akan sesuatu, tak mudah
melepaskan hal yang diyakini itu), mengejar tujuan-tujuan jangka panjang (dapat
menunda pemuasan kebutuhan sesaat yang ingin dicapai kemudian), senang mencari
dan memecahkan soal-soal.
Hal ini menunjuk pada
semangat dan motivasi untuk mengerjakan danmenyelesaikan suatu tugas. Suatu
pengikatan diri dari dalam diri.Adapun ciri-ciri keberbakatan yang telah
memiliki korelasi yang signifikandengan tiga aspek tersebut (Balitbang
Depdikbud, 1986) sebagai berikut:Lancar berbahasa (mampu mengutarakan
pemikirannya),Memiliki rasa ingin tahu yang besar terhadap ilmu pengetahuan,
Memiliki kemampuan yang tinggi dalam berpikir logis dan kritis, Mampu belajar
atau bekerja secara mandiri, Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa),
Mempunyai tujuan yang jelas dalam tiap kegiatan atau perbuatannya,
Cermat atau teliti dalam mengamati, Memiliki kemampuan memikirkan
beberapa macam pemecahan masalah, Mempunyai minat yang luas, Mempunyai
daya imajinasi yang tinggi, Belajar dengan mudah dan cepat, Mapu
mengemukakan dan mempertahankan pendapat, Mampu berkonsentrasi, Tidak
memerlukan dorongan (motivasi) dari luarBentuk-bentuk penyelenggaraan program
percepatan belajar,
Ditinjau dari bentuk
penyelenggaraan dapat dibedakan menjadi tiga jenis (Clark, 1983)
sebagaiberikut:
· Sekolah khususYaitu semua siswa yang
belajar di sekolah ini adalah siswa yang memilikipotensi kecerdasan dan bakat
istimewa
· Kelas khususYaitu siswa yang memiliki
potensi kecerdasan dan bakat istimewa belajardalam kelas khusus.
· Kelas regular yaitu siswa yang memiliki
potensi kecerdasan dan bakat istimewa tetapberada bersama-sama dengan siswa
lainnya di kelas regular (model inklusi), bentuk penyelenggaraan pada
kelas regular dapat dilakukan dengan model sebagai berikut:a. Kelas regular
dengan kelompok (cluster)
2. Implikasi dalam Pembelajaran (Teori Barbe
dan Renzulli)
Menjelaskan dan
menerapkan teori anak berbakat dari Barbie dan Renzulli :
Menurut definisi yang
dikemukakan Joseph Renzulli (1978), anak berbakat memiliki pengertian, “Anak
berbakat merupakan satu interaksi diantara tiga sifat dasar manusia yang
menyatu ikatan terdiri dari kemampuan umum dengan tingkatnya di atas kemampuan
rata- rata, komitmen yang tinggi terhadap tugas dan kreativitas yang tinggi.
·
High Potential Ability (Kecerdasan Tinggi)
Standard yang ditetapkan untuk anak berbakat oleh Diknas tahun 2003 adalah 140
. Kalau hasil tes menunjukkan IQ anak mencapai 140 ke atas, maka anak itu
otomatis disebut gifted child. Tetapi kemudian muncul pembagian tertentu untuk anak
berbakat dilihat dari IQnya. Keberbakatan ringan (IQ 115 – 129), keberbakatan
sedang (IQ 130 – 144), keberbakatan tinggi (IQ 145 ke atas).
·
Task Commitment adalah sejauh mana
tanggung jawab dalam meyelesaikan tugas. Tidak hanya tugas dari sekolah tapi juga
tugas di rumah. Task commitment dapat diukur melalui tes tertentu yang hanya
boleh dilakukan oleh psikolog. Task commitment ini mencakup tanggung jawab,
motivasi, keuletan, kepercayaan diri, memiliki tujuan yang jelas sebelum
melakukan sesuatu dan kemandirian.
·
Kreativitas bisa diartikan sebagai
kemampuan untuk menciptakan hal-hal baru atau kemampuan untuk membuat
kombinasi-kombinasi baru dari yang sudah ada. Kreativitas dapat dinilai dari 4
hal, produk, pribadi, proses dan pencetus / penghambat. Suatu produk dikatakan
kreatif kalau produk itu baru, berbeda dari yang sudah ada, lebih baik dari
yang lain dan tentu saja berguna. Sifat pribadi kreatif yang lain adalah
terbuka pada hal-hal baru, punya rasa ingin tau yang besar, ulet, mandiri,
berani mengambil resiko, berani tampil beda, percaya diri dan humoris.
Anak berbakat ialah anak
yang memiliki kecakapan dalam mengembangkan gabungan ketiga sifat ini dan
mengaplikasikan dalam setiap tindakan yang bernilai. Anak-anak yang mampu
mewujudkan ketiga sifat itu masyarakat memperoleh kesempatan pendidikan yang
luas dan pelayanan yang berbeda dengan program-program pengajaran yang reguler
(Swssing, 1985).
Pengertian lain
menyebutkan bahwa anak gifted adalah anak yang mempunyai potensi unggul di atas
potensi yang dimiliki oleh anak-anak normal. Para ahli dalam bidang anak-anak
gifted memiliki pandangan sama ialah keunggulan lebih bersifat bawaan dari pada
manipulasi lingkungan sesudah anak dilahirkan.
Anak yang memiliki bakat
istimewa sering kali memiliki tahap perkembangan yang tidak serentak. Ia dapat
hidup dalam berbagai usia perkembangan, misalnya: anak berusia tiga tahun, jika
sedang bermain ia terlihat seperti anak seusianya, tetapi jika sedang membaca
ia menampilkan sikap seperti anak berusia 10 tahun, jika mengerjakan soal
matematika ia seperti anak berusia 12 tahun, dan jika berbicara seperti anak
berusia lima tahun.
Perlu dipahami adalah
bahwa anak berbakat umumnya tidak hanya belajar lebih cepat, tetapi juga sering
menggunakan cara yang berbeda dari teman-teman seusianya. Hal ini tidak jarang
membuat guru di sekolah mengalami kewalahan, bahkan sering merasa terganggu
dengan anak-anak seperti itu. Di samping itu anak berbakat istimewa biasanya
memiliki kemampuan menerima informasi dalam jumlah yang besar sekaligus. Jika
ia hanya mendapat sedikit informasi maka ia akan cepat menjadi “kehausan” akan
informasi.
Implikasi bagi guru anak
berbakat disimpulkan oleh Barbie dan Renzulli (1975) sebagai berikut:
·
guru perlu memahami diri sendiri, karena
anak yang belajar tidak hanya dipengaruhi oleh apa yang dilakukan guru, tetapi
juga bagaimana guru melakukannya.
·
guru perlu memiliki pengertian tentang
keterbakatan
·
guru hendaknya mengusahakan suatu
lingkungan belajar sesuai dengan perkembangan yang unggul dari kemampuan-kemampuan
anak
·
Guru memberikan tantangan daripada tekanan
·
Guru tidak hanya memperhatikan produk atau
hasil belajar siswa, tetapi lebih-lebih proses belajar.
·
Guru lebih baik memberikan umpan balik
daripada penilaian harus menyediakan beberapa alternatif strategi belajar
·
Guru hendaknya dapat menciptakan suasana
di dalam kelas yang menunjang rasa harga diri anak serta dimana anak merasa
aman dan berani mengambil resiko dalam menentukan pendapat dan keputusan.
Peran Orang Tua dalam
Memupuk Bakat dan Kreativitas Anak.
Orang tua yang bijaksana
dapat membedakan antara memberi perhatian terlalu banyak atau terlalu sedikit,
antara memberi kesempatan kepada anak untuk mengembangkan bakat dan minatnya
dan memberi tekanan untuk berprestasi semaksimal mungkin.
Ada beberapa hal yang
memudahkan orang tua agar lebih mantap dalam menghadapi dan membina anak
berbakat (Ginsberg dan Harrison, 1977; Vernon, 1977) diantaranya adalah:
·
anak berbakat itu tetap anak dengan
kebutuhan seorang anak. Jika ada anak-anak lain dalam keluarga, janganlah
membandingkan anak berbakat dengan kakak-adiknya atau sebaliknya.
·
Sempatkan diri untuk mendengarkan dan
menjawab pertanyaan-pertanyaannya
·
Berilah kesempatan seluas-luasnya untuk
memuaskan rasa ingin tahunnya dengan menjajaki macam-macam bidang, namun jangan
memaksakan minat-minat tertentu.
·
Berilah kesempatan jika anak ingin
mendalami suatu bidang, karena belum tentu kesempatan itu ada di sekolah.
·
Kerjasama Antara Keluarga, Sekolah dan
Masyarakat
Pendidikan merupakan
tanggung jawab bersama keluarga (orang tua), sekolah, dan masyarakat. Keluarga
dan sekolah dapat bersama-sama mengusahakan pelayanan pendidikan bagi anak
berbakat, misalnya dalam memandu dan memupuk minat anak. Tokoh-tokoh dalam
masyarakat dapat menjadi “tutor” untuk anak berbakat yang mempunyai minat yang
sama.
3. Kurikulum berdiferensiasi Untuk Anak
Berbakat
Pengertian
kurikulum berdiferensiasi dan kurikulum umum
Kurikulum
merupakan metode menyusun kegiatan-kegiatan belajar mengajar untuk menghasilkan
perkembangan kognitif, efektif, dan psikomotorik anak. Menurut Sato (1982)
kurikulum mencakup semua pengalaman yang diperoleh di sekolah, di
rumah dan dalam masyarakat, dan yang membantunya mewujudkan potensinya. Berbeda
dengan kurikulum umum yang bertujuan untuk dapat memenuhi kebutuhan pendidikan
anak-anak pada umumnya, maka kurikulum berdiferensiasi merupakan jawaban
terhadap perbedaan-perbedan dalam minat dan kemampuan anak didik. Sehingga,
dengan kurikulum berdiferensiasi setiap anak memiliki peluang besar untuk terus
meningkatkan kemampuannya tanpa harus terikat oleh satu kurikulum umum yang
menyamaratakan kemampuan seluruh anak.
Istilah
diferensiasi dalam pengertian kurikulum menunjuk pada kurikulum yang tidak
berlaku umum, melainkan dirancang khusus untuk kebutuhan tumbuh kembang bakat
tertentu. Kurikulum berdiferensiasi (differ-rentiation instruction) adalah
kurikulum pembelajaran yang memperhatikan perbedaan-perbedaan individual anak.
Walaupun model pengajaran ini memperhatikan atau berorientasi pada
perbedaan-perbedaan individual anak, namun tidak berarti pengajaran harus
berdasarkan prinsip satu orang guru dengan satu orang murid. Berbeda dengan
kurikulum reguler yang berlaku bagi semua , kurikulum berdiferensiasi bertujuan
untuk menampung pendidikan berbagai kelompok belajar, termasuk kelompok berbakat.
Melalui program khusus, berbakat akan memperoleh pengayaan dari
materi pelajaran, proses belajar dan produk belajar.
Meskipun demikian,
pada dasarnya kurikulum berdiferensiasi tetap bertitik tolak pada kurikulum
umum yang menjadi dasar bagi semua anak didik. Kurikulum berdiferensiasi juga
memberikan pengalaman belajar berupa dasar-dasar keterampilan, pengetahuan,
pemahaman, serta pembentukan sikap dan nilai yang memungkinkan anak didik
berfungsi sesuai dengan tuntutan masyarakat atau jenjang pendidikan yang lebih
tinggi.
Berdasarkan
penjelasan di atas, Semiawan (1983) menyatakan bahwa bakat-bakat khusus baru
dapat dikembangkan atas dasar kurikulum ini. Di samping itu, untuk dapat
mewujudkan bakat yang khusus diperlukan juga pengalaman belajar yang khusus.
Sehingga, pendidik juga dapat mengetahui keberbakatan anak dan memantaunya
sesuai dengan kurikulum yang telah dideferensiasikan.
B. Hakekat pembelajaran differensiasi
` Penanganan
anak-anak berbakat atau cerdas dengan program pengayaan dan percepatan penuh
banyak memiliki kelemahan-kelemahan yang merugikan anak itu sendiri, maka telah
dikembangkan kurikulum alternative yaitu berdiferensiasi (differentiated
instruction ). Pendekatan ini menghendaki agar kebutuhan berbakat
dilayani di dalam kelas regular. Program ini menawarkan serangkaian pilihan
belajar pada berbakat dengan tujuan menggali dan mengarahkan
pengajaran pada tingkat kesiapan, minat, dan profil belajar yang
berbeda-beda.Kurikulum berdiferensiasi sangat penting ditekankan untuk anak
berbakat. Kurikulum ini memiliki tiga level kurikulum yaitu:
1.
Prescribed Curriculum and Instruction
Level
pertama, prescribed curriculum and instruction adalah
kurikulum yang dikembangkan oleh standard lokal dan tidak menyediakan
kesempatan untuk strategi belajar yang cocok untuk berbakat.
2.
Teacher-Differentiated Curriculum
Pada level
kedua, teacher-differentiated curriculum, guru memodifikasi
kurikulum yang telah ada menjadi kurikulum yang menarik dan menantang
untuk berbakat. Disini, murid tidak hanya dipandang sebagai seorang
‘murid’ saja, tetapi murid adalah pembelajar aktif.
3. Learner-Differentiated
Curriculum.
Level
ketiga, learner-differentiated curriculum, adalah level tertinggi dimana
murid berbakat dianggap sebagai “producers of knowledge”, bukan hanya “consumers
of knowledge”. Level ini mendukung perkembangan self-discovery,
self-esteem, kreativitas, dan otonomi. Selain perkembangan kognitif, pada
level ini jug mengembangkan faktor sosial dan emosional murid.
Dalam kurikulum berdiferensiasi ini,
guru menggunakan beberapa kegiatan, yaitu:
a. Beragam
cara agar dapat mengeksplorasi kurikulum
Dalam kaitan
dengan pem-belajaran berdiferensiasi, maka para memiliki kebebasan
yang luas untuk mengeksplor kurikulum yang dibutuhkan dan sesuai dengan
perkembangan fisik dan mentalnya. Mereka akan memilih dan memilah kurikulum
(muatan lokal) yang sesuai dengan kondisinya.
b. Beragam
kegiatan atau proses yang masuk akal sehingga dapat mengerti dan
memiliki informasi dan ide
Proses
belajar mengajar harus dapat mengembangkan cara belajar untuk mendapatkan,
menge-lola, menggunakan dan meng-komunikasikan informasi yang
di-perlukan. harus terlibat secara aktif dalam proses tersebut baik
secara individual ataupun kelompok. Keaktifan itu dapat terlihat dari
(Suryosubroto, 1996:72) :
· berbuat
sesuatu untuk memahami materi pelajaran dengan penuh keyakinan;
· mempelajari,
memahami, dan menemukan sendiri bagaimana memperoleh situasi pengetahuan;
· merasakan
sendiri bagaimana tugas-tugas yang diberikan oleh guru kepadanya;
· belajar
dalam kelompok;
· mencob
akan sendiri konsep-konsep tertentu;
· mengkomunikasikan
hasil pikiran, penemuan dan penghayatan nilai-nilai secara lisan atau
penampilan.
c. Beragam
pilihan dimana dapat mendemonstrasikan apa yang telah mereka
pelajari
Proses
pembelajaran berdiferensiasi harus memberikan ruang yang luas kepada anak didik
untuk mendemostrasikan apa- apa yang telah mereka pelajari. Hal ini sangat
bermanfaat untuk: Pertama, anak didik belajar menyampaikan atau
mengkomunikasikan temuan dan informasi yang dimilikinya; Kedua, anak didik
belajar mengapresiasi karya atau infomasi yang disampaikan orang lain (teman);
Ketiga, anak didik belajar untuk mendapat masukan, kritikan dan sanggahan
terhadap penemuan atau informasi yang disampikan kepada orang lain.
C. Karakteristik
Umum Kurikulum Berdiferensiasi
Pengajaran berdiferensiasi memiliki
4 (empat) karakteristik umum, yaitu:
Ø Pengajaran
berfokus pada konsep dan prinsip pokok materi pelajaran.
Dalam proses
pembelajaran berdiferensiasi, pengajaran harus berfokus pada konsep atau pokok
materi pelajaran sehingga semua dapat mengeksplorasi konsep-konsep
pokok bahan ajar. yang agak lambat (struggling learners) bisa
memahami dan menggunakan ide- ide dari konsep-konsep yang diajarkan. Sedangkan
bagi para berbakat memperluas pemahaman dan aplikasi konsep pokok
tersebut.
Ø Evaluasi
kesiapan dan perkembangan belajar diakomodasi ke dalam kurikulum.
Kesiapan dan
perkembangan belajar harus dievaluasi untuk dijadikan sebagai dasar
keputusan penentuan materi serta strategi pembelajaran yang akan diterapkan.
Kapasitas belajar seseorang berbeda dengan orang lain. Oleh karena itu, tidak
semua memerlukan satu kegiatan atau bagian tertentu dari proses
pembelajaran secara sama. Guru perlu terus menerus mengevaluasi kesiapan dan
minat dengan memberikan dukungan bila membutuhkan
interaksi dan bimbingan tambahan, serta memperluas eksplorasi terutama
bagi mereka yang sudah siap untuk mendapatkan pengalaman belajar yang lebih
menantang.
Ø Ada
pengelompokan secara fleksibel.
Dalam
pengajaran berdiferen-siasi, berbakat sering belajar dengan banyak
pola, seperti belajar sendiri-sendiri, belajar berpasangan maupun belajar dalam
kelompok. Oleh karena itu, pada saat-saat tertentu dapat diberi
kebebas-an untuk memilih materi pelajaran dengan media pembelajaran yang sesuai
dengan kebutuhan mereka masing-masing. Strategi ini memungkinkan untuk
belajar lebih cepat bagi mereka yang mampu, sedangkan bagi mereka yang
kurang, akan belajar sesuai dengan batas kemampuannya. Contoh untuk strategi
belajar-mengajar berdasarkan kecepatan adalah pengajaran modul.
Ø Menjadi penjelajah aktif (active explorer).
Prinsip
belajar yang relevan adalah belajar bagaimana belajar (learning how to learn ).
Artinya, dikelas target pembelajaran bukan sekadar penguasaan materi,
melainkan harus belajar juga bagaimana belajar (secara mandiri)
untuk hal-hal lain. Ini bisa terjadi apabila dalam kegiatan pembelajaran telah
di biasakan untuk berpikir mandiri, berani berpendapat, dan berani
bereksperimen, sehingga tidak merasa terkekang dan potensi
kreativitasnya dapat tumbuh dengan sempurna. Tugas guru adalah membimbing
eksplorasi tersebut, karena beragam kegiatan dapat terjadi secara simultan di
dalam kelas, guru akan berperan sebagai pembimbing dan fasilitator, dan
bukannya sebagai dispenser informasi.
- Prinsip –prinsip pengajaran
berdifferensiasi
- Prinsip Individualitas
Perbedaan
individual merupakan salah satu masalah utama dalam proses belajar-mengajar.
Ketidakmampuan guru melihat perbedaan-perbedaan individual anak dalam kelas
yang dihadapi akan menyebabkan kegagalan dalam memelihara dan membina interaksi
edukatif secara efektif.
Pengajaran
individual bukanlah semata-mata pengajaran yang hanya ditujukan kepada seorang
raja, melainkan dapat saja ditujukan kepada sekelompok atau kelas,
namun dengan mengakui dan melayani perbedaan-perbedaan sehingga
pengajaran itu memungkinkan berkembangnya potensi masing-masing secara
optimal.
- Prinsip Belajar Tuntas
Belajar
tuntas (mastery learning) adalah suatu proses pembelajaran yang mengakui bahwa
semua anak memiliki kemampuan yang sama dan bisa belajar apa saja, hanya waktu
yang diperlukan untuk mencapai kemampuan tertentu berbeda. tidak
diperkenankan mengerjakan pekerjaan berikutnya, sebelum mampu menyelesaikan
pekerjaan dengan prosedur yang benar, dan hasil yang baik.
- Prinsip Motivasi
Motif adalah
daya dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan sesuatu. Sedangkan
motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan
atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan. Guru memiliki
peran yang besar untuk menumbuhkan motivasi eksternal, diantaranya: Pertama,
menggunakan cara atau metode dan media mengajar yang bervariasi; Kedua ,
memilih bahan yang menarik minat dan dibutuhkan ; Ketiga, memberikan sasaran
antara; Keempat , memberikan kesempatan sukses; Kelima, menciptakan suasana
belajar yang menyenangkan; dan Keenam, menciptakan persaingan yang sehat.
- Prinsip Latar/Konteks
Latar atau
konteks mengandung arti bahwa pembelajaran harus dikaitkan dengan situasi dunia
nyata , sehingga mendorong membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai individu maupun
anggota keluarga, masyarakat, dan bangsa. Dengan konsep ini, hasil pembelajaran
diharapkan lebih bermakna bagi.
- Prinsip Minat dan Kebutuhan
Minat
merupakan suatu sifat yang relatif menetap pada diri seseorang, sedangkan
kebutuhan adalah sesuatu yang dibutuhkan oleh seseorang. Oleh karena itu, minat
dan kebutuhan merupakan utama yang menentukan derajat keaktifan belajar .
Dengan demikian dalam rangka meningkatkan aktivitas dalam
belajar, maka materi pembelajaran dan cara penyampaiannya pun harus disesuaikan
dengan minat dan kebutuhan tersebut.
- Prinsip Penilaian (Assessment)
Penilaian
(assessment) dibagi menjadi dua katagori yaitu: Pertama, informal assessment ,
biasanya dilakukan oleh guru melalui observasi berbagai keterampilan, dan
mempelajari laporan, maupun melalui tes yang dibuat guru untuk mengetahui
tingkat penguasaan pelajaran yang telah diajarkan; Kedua, formal assessment
yaitu penilaian lewat tes standar seperti tes hasil belajar, tes inteligensi,
wawancara dengan orang tua, tes bahasa, kepribadian, kreatif, kemampuan fisik,
minat dan sebagainya.
- Prinsip Terpadu
Artinya
penyelenggaraan pembelajaran anak berbakat dikembangkan dan dilaksanakan di
sekolah biasa. Anak dengan berbagai perbedaan belajar di ruang kelas yang sama.
- Strategi Pembelajaran
Berdiferensiasi
Dalam
mendiferensiasikan pengajaran, guru bisa melakukan modifikasi terhadap lima
unsur kegiatan belajar, yaitu materi pelajaran, proses, produk, lingkungan dan
evaluasi.
Ø Materi
pelajaran
Materi
pelajaran dapat dimodifikasi melalui berbagai kegiatan pembelajaran, yaitu:
ü Pemadatan
materi pelajaran
ü Studi
intradisipliner
Ø Kajian
mendalam
ü Proses
Banyak
kegiatan yang bisa dilakukan oleh guru untuk memodifikasi proses pengajaran dan
pembelajaran, antara lain dengan:
a. Mengembangkan
kecakapan berpikir.
b. Hubungan
dalam dan lintas disiplin
c. Studi
mandiri
ü Produk
Dalam
memodifikasi produk, guru dapat mendorong untuk mendemonstrasikan
apa yang telah dipelajari atau dikerjakan ke dalam beragam format yang
mencerminkan pengetahuan maupun kemampuan untuk memanipulasi ide. Misalnya
daripada meminta untuk menambah jumlah halaman laporan dari suatu
bab, guru bisa meminta untuk mensintesis pengetahuan yang telah
diperoleh.
a. Lingkungan
Belajar
Lingkungan
dan individu terjalin proses interaksi yang saling mempengaruhi satu sama
lainnya. Individu seringkali terbentuk oleh lingkungan, begitu juga sebaliknya
lingkungan dibentuk oleh individu (manusia). Pendayagunaan lingkungan sekitar
dalam proses pembelajaran dapat dilaksanakan dengan berbagai cara, yakni dengan
cara membawa lingkungan ke dalam kelas, atau membawa ke masyarakat.
b. Evaluasi
Memodifikasi
evaluasi berarti menentukan suatu metode untuk mendokumentasikan penguasaan
materi pelajaran pada siswa berbakat. Guru harus memastikan bahwa berbakat
memiliki kesempatan untuk mendemonstrasikan penguasaan materi pelajaran
sebelumnya ketika akan mengajarkan pokok bahasan, topik atau unit baru mata
pelajaran.
9. Cara
pengembangan kurikulum berdiferensiasi
Menurut Kaplan (1977), perkembangan kurikulum dewasa
ini menekankan penggunaan kurikulum secara fleksibel sesuai dengan kebutuhan
guru dan yang memungkinkan keragaman cara untuk mencapai sasaran
belajar. Bahkan dalam kurikulum semacam ini tidak tertutup kemungkinan
bahwa pada saat-saat tertentu merumuskan sendiri sasaran-sasaran
belajarnya. Suatu kurikulum dapat berdiferensiasi melalui materi (konten atau
muatan), proses, dan produk belajar yang lebih maju dan majemuk, serta dapat
dirancang dengan cara sebagai berikut.
a. Kurikulum
berdiriferensiasi menyesuaikan dengan kurikulum umum
Ø Menambah
hal-hal baru yang menarik dan menantang bagi anak berbakat. Misalnya
dengan menambahkan muatan tugas yang dianggap menantang kemampuan yang dimiliki
anak berbakat.
Ø Mengubah
bagian-bagian tertentu yang kurang sesuai. Karena anak berbakat memiliki
kemampuan memahami pelajaran dan pengetahuan yang melampaui anak pada umumnya,
biasanya pemberian materi kepada anak berbakt lebih menyesuaika kemampuan anak.
Sehingga, anada beberapa bagian yang diterima anak umum di kelas tetapi tidak
diterima oleh anak berbakat.
Ø Mengurangi
kegiatan-kegiatan yang terlalu rutin. Seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya, anak berbakat memiliki tingkat kemampuan memahami pelajaran yang
lebih tinggi dibandingkan anak umum, jadi beberapa kegiatan atau pelajaran yang
dapat dikerjakan sendiri dan tanpa bantuan berarti dari pendidik sebaiknya
dikurangi.
Ø Meluaskan
dan mendalami materi. Karena sifat yang cenderung kurang puas dan mendetail,
pemberian materi pembelajaran kepada anak berbakat sebaiknya lebih diluaskan
dan mendalam
b. Kurikulum
Berdiferensiasi dengan Menggunakan Kurikulum yang Baru atau Khusus
Cara kedua
ini adalah dengan menggunakan kurikulum yang benar-benar berbeda dengan anak
umum dan disesuaikan dengan keberbakatan anak.
Untuk
menyusun sebuah kurikulum, pendidik harus mengetahui beberapa asas kurikulum
sebagai berikut:
- Berkaitan dengan mata
pelajaran. Yaitu, kegiatan bekajar
dikaitkan dengan mata pelajaran atau materi tertentu. Contohnya, ketika
anak belajar bagian-bagian serangga, anak dapat mencari sendiri
serangga-serangga yang akan dipelajarinya di lingkungan sekolah.
- Berorientasi dengan
proses. Maksudnya, kegiatan belajar
mengajar menekankan perkembangan keterampilan dan proses berpikir
daripada hanya materi. Contohnya, ketika anak sudah mengenal bagian-bagian
serangga, anak dapat menganalogikan bagian-bagian tersebut dengan
bagian-bagian kendaraan.
- Berpusat pada kegiatan
aktif. Yaitu kegiatan belajar
sepenuhnya mengikutsertakan anak secara aktif. Sehingga, dapat
menghidupkan suasana keilmuan yang penuh akan diskusi dan saling bertukar
pikiran.
- Penerapan tugas berakhir
terbuka.Dengan asas ini tidak ada istilah “benar” dan
“salah” dalam hasil tugas , tetapi seluruhnya berdasarkan pengalaman
setiap anak.
- Memungkinkan anak
memilih. Asas ini memberikan peluang
kepada setiap anak sesuai dengan kebutuhan, minat, dan kemampuan
masing-masing. Sehingga, sekolah seharusnya menyediakan sarana atas minat
dan bakat anak.
c. Perbedaan
penerapan kurikulum differensiasi dengan kurikulum umum
v Konten. Muatan
atau materi yang diberikan kepada anak berbekat berbeda-beda sesuai
dengan minat dan kemampuan anak.
v Proses. Proses
belajar anak berbakat, entah itu waktu maupun caranya, dibedakan dengan anak
umumnya sesuai dengan tingkat kemampuan anak.
v Produk. Dalam
hal penugasan, anak berbakat diberikan beban produk yang lebuh rumit dan
kompleks daripada anak umum. Produk belajar itu sendiri dapat berupa lisan,
tulisan, ataupun benda
Kurikulum berdiferensiasi merupakan kurikulum khusus yang berperan dalam mengembangkan
semua bakat anak, sedangkan kurikulum umum merupakan kurikulum yang
mengembangkan semua aspek perkembangan anak dengan berprinsip bahwa kemampuan
anak itu sama rata tanpa memperhatikan bakat-bakat istimewa yang dimiliki oleh
anak. Kurikulum berdiferensiasi sangat bagus dalam mengembangkan bakat –bakat
yang dimiliki oleh anak. Guru memiliki strategi khusus dalam menggunakan
kurikulum berdiferensiasi agar bakat yang dimiliki oleh anak bisa dikembangkan
secara optim al.
Dalam pengembangan kurikulum berdiferensiasi seorang guru harus memahamai
azas-azas dalam pengembangan kurikulum tersebut agar penggunaannya tidak rancu.
Meskipun kurikulum berdiferensiasi berbeda dengan kurikulum umum namun
kurikulum berdiferensiasi menyesuaikan dengan kurikulum umum.
SARAN
Diperlukan perhatian bagi bakat-bakat
yang dimiliki oleh anak yang istimewa terutama dari lingkungan keluarga dan
sekolah. Dimana para guru
memiliki peran yang ssangat penting dalam pengembangan kurikulum agar bakat
anak bisa dikembangkan
secara optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Betts, George (2004) “Fostering
Autonomous Learners Through Levels of Differentiation,” Roeper Review
vol.24: 190-191.
Mukti, Abdul dan Sayekti, Adjie,
(2003), Gerbang; Majalah Pendidikan, 4, 36 -38.
Suryosubroto, B., (1997), Proses
Belajar Mengajar, Jakarta, Rineka Cipta.
Tomlinson, C. A., (1995),
Differen-tiating Instruction for Advanced Learners in the Mixed Ability Middle
School Classroom. ERIC Claring house on Disabilities and Gifted Education. [Article
published online]. Retrieved December 7, 2001 from the
http://www.ericec.org/digests/e
536.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar